Permanganometri
merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganat, yang merupakan
oksidator kuat sebagai titran untuk penetapan kadar zat. Titrasi ini didasarkan
pada reaksi oksidasi ion permanganat. Permanganat bereaksi secara beraneka,
karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Oksidasi
ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
Kalium
permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan
dalam suasana asam karena akan lebih
mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih
mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit,
sulfida, sulfida dan tiosulfat.
Reaksi
ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang
dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan
sebagainya.
Pada
percobaan ini akan dilakukan metode titrasi redoks menggunakan kalium
permanganat (KMnO4) untuk menentukan kadar Fe dalam sampel. Melalui percobaan ini, diharapkan
praktikan mampu memahami dan mengerti cara penentuan kadar konsentrasi suatu
larutan dengan tepat serta perhitungan yang didasarkan dengan prinsip
stokiometri dari reaksi kimia di mata kuliah kimia analisa ini.
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan
berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini
difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4
dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih
dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat
yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang
dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat
dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
a. Ion-ion Ca, Ba, Sr,
Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan
disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih
sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang
akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang
bersangkutan.
b. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan
sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam,
ditambahkan pula larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+
dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Prinsip dari
titrasi permanganometri adalah berdasarkan reaksi oksidasi dan
reduksi.Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.
Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak sebagai oksidator.
Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sampel.Pada permanganometri,
titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah
diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat
encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama
seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang
jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk
menunjukkan kelebihan pereaksi.Kalium permanganat distandarisasikan dengan
menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar
primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat
menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi
ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
Kalium Permanganat
Kalium permanganat adalah
oksidator kuat. Tidak memerlukan indikator. Kelemahannya adalah dalam medium
HCl. Cl- dapat teroksidasi, demikian juga larutannya, mempunyai
kestabilan yang terbatas. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N :
MnO4-
+ 8 H+ + 5e-Mn2+ + 4 H2O E° = 1,51 V
Reaksi oksidasi terhadap
H2C2O4 berjalan lambat pada temperatur ruang.
Untuk mempercepat perlu pemanasan. Sedangkan reaksinya dengan As (III)
memerlukan katalis. Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat
hilang karena reaksi :
2
MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O 5 MnO2 + 4 H+
ungu tidak
berwarna
Larutan dalam air tidak stabil dan air
teroksdasi dengan cara:
4
MnO4- + 2 H2O 4
MnO2 + 3 O2 + 4 OH-
Penguraiannnya
dikatalisis oleh cahaya, panas, asam-basa, ion Mn (II) dan MnO2. MnO2
biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat autokatalitik.
Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya
MnO2. KMnO4 dapat distandarkan terhadap Na2C2O4.
2
MnO4- + 5 H2C2O4 + 6 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
Hal ini digunakan untuk
analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak
senyawa lain. Kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah
yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis
dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja
dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua
jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti
wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi
secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun
beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk
mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat
berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam
penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur
pengoksidasi, yang cukup kuat untuk mengoksidasiMn(II) menjadi MnO2
sesuai dengan persamaan :
3Mn2+
+ 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari
permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan
terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 . Tindakan pencegahan khusus
harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi
mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat. Jejak-jejak dari MnO2
yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara
permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah
pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya,
pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan
melalui asbestos atau gelas yang disinter untukmenghilangkan MnO2.
Larutan tersebutkemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam
titrasi-titrasi permanganat.
Asam terbaik untuk
melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering
ditambahkan untuk membantu proses kelarutan. Sebelum dititrasi dengan
permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini
dapat dilakukan dengan reduktorJones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor Jones lebih disarankan jika asam yang tersedia
adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk . Jika larutannya
mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II)
klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari
sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna
kuning dari ion besi (Asroff, 2012).
Prinsip
Titrasi Permanganometri
Permanganometri adalah
titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai
oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi
dalam suatu sampel.
Pada
permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium
permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan
larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi
oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna
merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini
digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi (Arga, 2011).
Standar-standar
Primer untuk Permanganat
Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4
merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam larutan asam. Senyawa
ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan nonhigroskopis. Reaksinya dengan permanganat agak sedikit
rumit dan berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya
dipanaskan sampai sekitar 60°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya
mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion
mangan(II) terbentuk. Mangan(II) bertindak sebagai katalis, dan reaksinya
disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu
sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi
dengan cepat dengan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi
menengah (+3 atau +4), di mana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion
oksalat, kembali ke kondisi divalen.
Persamaan
untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42-
+ 2MnO4- + 16H+→ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan
untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak
senyawa lain. Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan
oleh McBride, yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu
yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat. Belakangan, Fowler dan
Brightmenyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar hampir
semua permanganate ditambahkan secara tepat ke larutan yang diasamkan pada suhu
ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan sampai 60°C dan
titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi kesalahan apa
pun yang disebabkan oleh pembentukan hidrogen peroksida.
Besi
Kawat besi dengan
tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar primer. Unsur ini
larut dalam asam klorida encer, dan semua besi(III) yang diproduksi selama
proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran
besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen
pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini
teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan
dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4
dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari
mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan “pencegah”,
atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan asam
klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat. Asam fosfat menurunkan
konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu
memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning
yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak
berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.
Kelebihan
dan Kekurangan Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri
ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan
indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi sebagai
indicator, yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah
direduksi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai
autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan
pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬ pada
buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada
buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga
pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang
seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔
5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4Pemberian
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin
akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian
terurai menjadi air.
H2C2O4 +
O2 ↔ H2O2+ 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan
pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
Aplikasi Analisa
Permanganometri“Pengujian Air Secara
Asam”
Kecenderungan
pemakaian air minum isi ulang (AMIU) oleh masyarakat terutama di perkotaan
semakin meningkat. Namun demikian kualitasnya masih perlu dikaji dalam rangka
pengamanan kualitas airnya yang mempengaruhi kesehatan masyarakat. Oleh karena
itu telah dilakukan penelitian kualitas air minum dari depot air minum isi
ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi. Tujuan: adalah untuk mengetahui proses
pengolahan air minum di depot AMIU, kualitas air minum isi ulang dari depot
AMIU yang banyak beredar saat ini dan mengetahui kondisi kesehatan lingkungan
dan jumlah konsumsi serta pendapat konsumen terhadap air minum dari depot AMIU.
Metodologi: Jumlah sampel depot air minum adalah 38, sedangkan untuk sampel air
setiap depot diambil 1 sampel air baku dan 1 sampel air minum sehingga jumlah
sampel air seluruhnya adalah 76. Parameter kualitas air yang diperiksa meliputi
parameter fisik, kimia, dan bakteriologi sesuai dengan Permenkes 416 tahun 1990
untuk air baku (air bersih) dan Kepmenkes 907 tahun 2002 untuk air minum.
Pemeriksaan sampel air berdasarkan Standard Method for Examination Water and Wastewater dilakukan di laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL)
Jakarta.