Elektrolisis
merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia.
Elektrolisis adalah proses penguraian suatu senyawan dengan pengaliran arus
listrik searah (DC). Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini
adalah elektrode dan larutan elektrolit.
Elektroda yang
digunakan dalam proses elektolisis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
Elektroda inert, seperti kalsium (Ca), potasium, grafit (C), Platina
(Pt), dan emas (Au).
Elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga
(Cu), dan perak (Ag).
Elektrolitnya dapat
berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula leburan garam halida
atau leburan oksida. Kombinasi antara larutan elektrolit dan elektrode
menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis, yaitu:
Elektrolisis larutan dengan elektrode inert
Elektrolisis larutan dengan elektrode aktif
Elektrolisis leburan dengan elektrode inert
Pada elektrolisis,
katode merupakan kutub negatif dan anode merupakan kutub positif. Pada katode
akan terjadi reaksi reduksi dan pada anode terjadi reaksi oksidasi.
Rangkaian sel
elektrolisis hampir menyerupai sel volta. Yang membedakan sel elektrolisis dari
sel volta adalah, pada sel elektrolisis, komponen voltmeter diganti dengan
sumber arus (umumnya baterai). Larutan atau lelehan yang ingin dielektrolisis,
ditempatkan dalam suatu wadah. Selanjutnya, elektroda dicelupkan ke dalam
larutan maupun lelehan elektrolit yang ingin dielektrolisis. Elektroda yang
digunakan umumnya merupakan elektroda inert, seperti Grafit (C), Platina (Pt),
dan Emas (Au). Elektroda berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi
reduksi berlangsung di katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda.
Kutub negatif sumber arus mengarah pada katoda (sebab memerlukan elektron) dan
kutub positif sumber arus tentunya mengarah pada anoda. Akibatnya, katoda
bermuatan negatif dan menarik kation-kation yang akan tereduksi menjadi endapan
logam. Sebaliknya, anoda bermuatan positif dan menarik anion-anion yang akan
teroksidasi menjadi gas.
Ada dua tipe elektrolisis, yaitu elektrolisis
lelehan (leburan) dan elektrolisis larutan. Pada proses elektrolisis lelehan,
kation tereduksi di katoda dan anionteroksidasi di anoda. Sebagai contoh,
berikut ini adalah reaksi elektrolisis lelehan garam NaCl (yang dikenal dengan
istilah sel Downs) :
Katoda (-) :
2 Na+(l) + 2 e- ——> 2 Na(s)
……………….. (1)
Anoda (+) :
2 Cl-(l) Cl2(g) + 2 e-
……………….. (2)
Reaksi sel :
2 Na+(l) + 2 Cl-(l) ——> 2 Na(s) +
Cl2(g) ……………….. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis
lelehan garam NaCl menghasilkan endapan logam natrium di katoda dan gelembung
gas Cl2 di anoda.
Sedangkan pada elektrolisis larutan garam NaCl, pada
katoda, terjadi persaingan antara air dengan ion Na+. Berdasarkan Tabel
Potensial Standar Reduksi, air memiliki E°red yang lebih besar dibandingkan ion
Na+. Ini berarti, air lebih mudah tereduksi dibandingkan ion Na+. Oleh sebab
itu, spesi yang bereaksi di katoda adalah air. Sementara, berdasarkan Tabel
Potensial Standar Reduksi, nilai E°red ion Cl- dan air hampir sama. Oleh karena
oksidasi air memerlukan potensial tambahan (overvoltage), maka oksidasi ion Cl-
lebih mudah dibandingkan oksidasi air. Oleh sebab itu, spesi yang bereaksi di
anoda adalah ion Cl-. Dengan demikian, reaksi yang terjadi pada elektrolisis larutan
garam NaCl adalah sebagai berikut :
Katoda (-) :
2 H2O(l) + 2 e-
——> H2(g) + 2 OH-(aq) ……………….. (1)
Anoda (+) :
2 Cl-(aq) ——> Cl2(g)
+ 2 e- ……………….. (2)
Reaksi sel :
2 H2O(l) + 2 Cl-(aq)
——> H2(g) + Cl2(g) + 2 OH-(aq) ……………………. [(1) + (2)]
Reaksi elektrolisis
larutan garam NaCl menghasilkan gelembung gas H2 dan ion OH‑ (basa) di katoda serta gelembung gas Cl2
di anoda. Terbentuknya ion OH- pada katoda dapat dibuktikan dengan perubahan
warna larutan dari bening menjadi merah muda setelah diberi sejumlah indikator
fenolftalein (pp). Dengan demikian, terlihat bahwa produk elektrolisis lelehan
umumnya berbeda dengan produk elektrolisis larutan.
Elektrolisis larutan Na2SO4.
Pada katoda, terjadi persaingan antara air dan ion Na+. Berdasarakan nilai
E°red, maka air yang akan tereduksi di katoda. Di lain sisi, terjadi persaingan
antara ion SO42- dengan air di anoda. Oleh karena
bilangan oksidasi S pada SO4-2 telah mencapai keadaan
maksimumnya, yaitu +6, maka spesi SO42- tidak dapat
mengalami oksidasi. Akibatnya, spesi air yang akan teroksidasi di anoda. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Katoda (-) :
4 H2O(l) + 4 e-
——> 2 H2(g) + 4 OH-(aq) ……………….. (1)
Anoda (+) :
2 H2O(l) ——> O2(g)
+ 4 H+(aq) + 4 e- ……………….. (2)
Reaksi sel :
6 H2O(l) ——> 2 H2(g)
+ O2(g) + 4 H+(aq) +
4 OH-(aq) …………………….. [(1) + (2)]
6 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) + 4 H2O(l) …………………. [(1) + (2)]
2 H2O(l) ——> 2 H2(g) + O2(g) …………………….. [(1) + (2)]
Dengan demikian, baik
ion Na+ maupun SO42-, tidak bereaksi. Yang terjadi justru
adalah peristiwa elektrolisis air menjadi unsur-unsur pembentuknya. Hal yang
serupa juga ditemukan pada proses elektrolisis larutan Mg(NO3)2
dan K2SO4.
Elektrolisis pada
lelehan maupun larutan menggunakan elektroda yang tidak inert, seperti Ni, Fe,
dan Zn, elektroda yang tidak inert hanya dapat bereaksi di anoda, sehingga
produk yang dihasilkan di anoda adalah ion elektroda yang larut (sebab logam
yang tidak inert mudah teroksidasi). Sementara, jenis elektroda tidak
mempengaruhi produk yang dihasilkan di katoda. Sebagai contoh, berikut adalah
proses elektrolisis larutan garam NaCl dengan menggunakan elektroda Cu :
Katoda (-) :
2 H2O(l) + 2 e- ——> H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. (1)
Anoda (+) :
Cu(s) ——> Cu2+(aq)
+ 2 e- …………………….. (2)
Reaksi sel :
Cu(s) + 2 H2O(l)
——> Cu2+(aq) + H2(g) + 2 OH-(aq) …………………….. [(1) + (2)]
Dari pembahasan di
atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan reaksi
elektrolisis :
Baik elektrolisis lelehan maupun larutan,
elektroda inert tidak akan bereaksi; elektroda tidak inert hanya dapat bereaksi
di anoda
Pada elektrolisis lelehan, kation pasti
bereaksi di katoda dan anion pasti bereaksi di anoda
Pada elektrolisis larutan, bila larutan
mengandung ion sulfat, nitrat, dan ion sisa asam oksi, maka air yang mengalami
oksidasi di anoda
Salah satu aplikasi
sel elektrolisis adalah pada proses yang disebut penyepuhan. Dalam proses
penyepuhan, logam yang lebih mahal dilapiskan (diendapkan sebagai lapisan
tipis) pada permukaan logam yang lebih murah dengan cara elektrolisis. Baterai
umumnya digunakan sebagai sumber listrik selama proses penyepuhan berlangsung.
Logam yang ingin disepuh berfungsi sebagai katoda dan lempeng perak (logam
pelapis) yang merupakan logam penyepuh berfungsi sebagai anoda. Larutan
elektrolit yang digunakan harus mengandung spesi ion logam yang sama dengan
logam penyepuh (dalam hal ini, ion perak). Pada proses elektrolisis, lempeng
perak di anoda akan teroksidasi dan larut menjadi ion perak. Ion perak tersebut
kemudian akan diendapkan sebagai lapisan tipis pada permukaan katoda. Metode
ini relatif mudah dan tanpa biaya yang mahal, sehingga banyak digunakan pada
industri perabot rumah tangga dan peralatan dapur.
Prinsip perhitungan
elektrolisis dikenal dengan hukum faraday. Faraday didefinisikan sebagai muatan
(dalam Coulomb) mol elektron. Satu Faraday equivalen dengan satu mol elektron.
Demikian halnya, setengah Faraday equivalen dengan setengah mol elektron.
Setiap satu mol partikel mengandung 6,02 x 1023partikel. Sementara setiap
elektron mengemban muatan sebesar 1,6 x
10-19 C. . Dengan demikian :
1 Faraday = 1
mol elektron = 6,02 x 1023 partikel elektron x 1,6 x 10-19
C/partikel elektron 1 Faraday = 96320 C (sering dibulatkan menjadi 96500 C
untuk mempermudah perhitungan)
Hubungan antara
Faraday dan Coulomb dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :
Faraday =
Coulomb / 96500
Coulomb =
Faraday x 96500
Coulomb adalah satuan
muatan listrik. Coulomb dapat diperoleh melalui perkalian arus listrik (Ampere)
dengan waktu (detik). Persamaan yang menunjukkan hubungan Coulomb, Ampere, dan
detik adalah sebagai berikut :
Coulomb =
Ampere x Detik
Q =
I x t
Dengan demikian,
hubungan antara Faraday, Ampere, dan detik adalah sebagai berikut :
Faraday =
(Ampere x Detik)
/ 96500
Faraday =
(I x t)
/ 96500
Dengan mengetahui
besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang dibutuhkan
pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan
koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda,
kuantitas produk elektrolisis dapat ditemukan.