Mengenal Lebih Dekat Aldehid dan Keton |
Aldehid adalah suatu senyawa
yang mengandung sebuah gugus karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah
atom hidrogen. Nama IUPEC dari aldehida
diturunkan dari alkana dengan mengganti akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya
didasarkan nama asam karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida.
Aldehid dinamakan menurut nama
asam yang mempunyai jumlah atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah
atom sama. Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer,
reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan
untuk pembuatan aldehida aromatik.
Salah satu reaksi untuk
pembuatan aldehid adalah oksidasi dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak
dapat dipakai karena akan mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat.
Oksidasi khrompiridin komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator
yang dapat merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya menjadi asam
karboksilat.
Keton adalah suatu senyawa
organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua
gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang
karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton
tidak mengandung atom hidrogen yang terikat pada gugus karbonil.
Pembuatan keton ynag paling
umum adalah oksidasi dari alkohol sekunder. Hampir semua oksidator dapat
dipakai. Pereaksi yang khas antara lain khromium oksida (CrO3),
phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat (Na2Cr2O7)
dan kalium permanganat (KMnO4).
Reaksi-reaksi pada aldehida
dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi reduksi. Reaksi oksidasi untuk
membedakan aldehida dan keton. Aldehid mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton
tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang
sangat lemah. Sedangkan reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu
reduksi menjadi alkohol, reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol.
Sifat-sifat fisik aldehid dan
keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada
oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol.
Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik
menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari
sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain.
Aldehid dan keton bereaksi dengan berbagai senyawa,
tetapi pada umumnya aldehid lebih reaktif dibanding keton. Kimiawan
memanfaatkan kemudahan oksidasi aldehid dengan mengembangkan beberapa uji untuk
mendeteksi gugus fungsi ini.
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan
untuk membedakan mana yang termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk
senyawa keton. Selain dengan menggunakan Uji Tollen untuk membedakan senyawa
aldehid dan keton dapat juga menggunakan Uji Fehling dan Uji Benedict. Aldehid
lebih mudah dioksidasi dibanding keton. Oksidasi aldehid menghasilkan asam
dengan jumlah atom karbon yang sama.
Hampir setiap reagensia yang mengoksidasi alkohol
juga dapat mengoksidasi suatu aldehid. Pereaksi tollens, pengoksidasi ringan
yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat. Larutannya
jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagi oksida
pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia.
Amonia membentuk kompleks larut air dengan ion
perak. Pereaksi Tollens sering disebut sebagai perak amoniakal, merupakan campuran
dari AgNO3 dan amonia berlebihan. Gugus aktif pada pereaksi tollens adalh Ag2O
yang bila tereduksi akan menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan
menempel pada tabung reaksi yang akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu
Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi cermin perak.
Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion
Ag+ dalam reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai
dengan terbentuknya cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi.Reaksi dengan
pereaksi Tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton selanjutnya keton tidak dapat
dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens.
Hal ini disebabkan karena
keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada atom karbon karbonil.
Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih keras dibandingkan
dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu karbonnya putus,
memberikan hasil-hasil oksidasidengan jumlah atom karbon yang lebih sedikit
daripada bahan keton asalnya. Kekecualian adalah dalam oksidasi keton siklik,
karena jumlah atom karbonnya tetap sama. Misalnya, sikloheksanon dioksidasi
secar besar-besaran menjadi asam dipat, bahan kimia pentinh dalam pembuatan
Nylon.