Secara garis besar perkembangan ilmu material dalam
sejarah peradaban manusia sejak zaman batu hingga zaman material canggih (smart
material) atau material nano dapat digambarkan sebagai berikut:
Perkembangan Material Dari Masa ke Masa (Stone Age to Smart Material Age) |
Zaman batu, zaman perunggu, dan zaman besi
pemanfaatan material baru terbatas pada “structural material” dimana material
dipakai dengan apa adanya dan hanya terjadi sedikit rekayasa (rekayasa yang
sederhana). Sedangkan pada zaman material sintetis dan zaman material canggih,
pemanfaatan material sudah pada tingkat “functional material” yaitu material
yang multifungsi.
Material canggih (smart material) atau material nano
berkembang dengan mengambil contoh atau hikmah dari alam. Sebagai contoh
perbandingan sebagai berikut:
Revolusi Industri (Manchester, 1950) yang ditandai
dengan munculnya mesin uap, nylon, TNT, dan DDT memberikan dampak yang besar
pada transisi material dari material struktural ke material fungsional yang
dapat disebut sebagai evolusi material. Latar belakang ketersediaan alam yang
berdampak pada keterbatasan produk, konsumsi rendah, dan keterbatasan wilayah
juga menjadi faktor penting pada transisi ini.
Permasalahan pada pemanfaatan material dari material
struktural dapat dipecahkan dengan munculnya material fungsional. Proses
sintesis, memberikan peluang untuk dapat mengurangi eksploitasi bahan baku yang
bersumber dari alam yang kenyataannya memiliki keterbatasan. Produk yang
diciptakan dapat dihasilkan dalam skala besar. Faktanya, riset sintetik
mengalami driving force oleh kebutuhan manusia sehingga dampaknya terabaikan.
Tidak cukup sampai disitu material fungsional hingga saat ini mencapai era
material canggih, yang juga menjadi solusi dari permasalahan yang timbul
sebagai dampak negatif produksi material sintetis terutama pada lingkungan dan
sumber energi. Selain itu, penciptaan material canggih juga dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia akan material-material yang praktis.
Properties
|
Concorde
|
Tree
|
Type
of reactor
|
Super
jet combution
|
Fitoplasma
|
Energy
resources
|
Fuel
|
Solar
|
Reactor
dimension
|
Meterscale
|
Nanoscale
|
Reactor
efficiency
|
40%
|
100%
|
Enviromental
impact
|
Polution
(CO, NOx, etc)
|
Clear
|
Dari tabel tersebut kita dapat membandingkan reaktor
material sintetis dengan material alam yang berskala nano. Fitoplasma dengan
menggunakan sumber energi matahari mampu menghasilkan efisiensi kerja sebesar
100% sehingga pada reaktor ini tidak berlaku Siklus Carnot, selain itu reaktor
ini tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Trends era nanoteknogi
merupakan era back to nature, dengan melihat kenyataan bahwa alam memberikan
banyak keuntungan pada manusia, begitupun material nano diharapkan dapat
memberikan banyak keuntungan.
Suatu material disebut material canggih (cerdas)
bila telah mengalami modifikasi dari material sintetik yang meliputi:
· -Small space, ukuran material cerdas
haruslah kecil (skala nano) untuk memenuhi syarat kepraktisan dan pemanfaatan
terhadap sifat-sifat materi berskala nano.
· -Renewable energy resources, penggunaan
energi dalam produksi dan pemanfaatan material nano adalah energi yang
terbarukan. Sebagai contoh, matahari merupakan sumber energi terbesar di jagad
raya.
· -High efficient process, prosesnya
haruslah berefisiensi tinggi, seperti contoh diatas, reaktor fitoplasma dapat
menghasilkan efisiensi 100% sehinnga Siklus Carnot tidak berlaku disini. Energi
yang digunakan seluruhnya dihasilkan sebagai kerja.