Spektrometri NMR (Nuclear Magnetic Resonance = Resonansi
Magnetik Inti) berhubungan dengan sifat magnet dari inti atom. Spektroskopi NMR
didasarkan pada penyerapan panjang gelombang radio oleh inti-inti tertentu
dalam molekul organik, apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang
kuat. Inti atom unsur-unsur dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni atom
unsur yang mempunyai spin atau tidak mempunyai spin. Spin inti akan menimbulkan
medan magnet. Dari resonansi magnet proton (RMP), akan diperoleh informasi
jenis hidrogen, jumlah hidrogen dan lingkungan hidrogen dalam suatu senyawa
begitu juga dari resonansi magnet karbon (RMC).
Sifat Magnetik Inti dan
Resonansi
Suatu
inti dengan jumlah proton ganjil mempunyai muatan dan spin, sehingga mempunyai
momen magnetik. Dalam sekumpulan
atom, orientasi spinnya dalam ruang berada dalam keadaan acak. Namun demikian,
jika diletakkan dalam medan magnet momen magnet tersebut akan terorientasi
umpamanya inti hidrogen mempunya dua orientasi yang mungkin, yaitu satu spin
searah dan yang lainnya berlawanan arah dengan medan magnet luar. Kedua
orientasi tersebut mempunyai perbedaan energi (DE) yang sangat kecil, dan dapat digambarkan
seperti gambar beikut:
Jika atom-atom diletakkan dalam suatu
medan magnet, dapat terjadi transisi antara kedua tingkat energi tersebut
diatas, dengan jalan penyerapan energi terkuantum hv. Perbedaan energi kedua
tingkat tersebut sangat kecil (sesuai dengan frekuensi gelombang radio).
Hidrogen adalah atom yang hanya
mempunyai dua tingkat kuantum terinduksi
oleh magnet, akan tetapi atom-atom dengan spin nuklir yang mempunyai banyak tingkat
energi.
Prinsip Dasar
Prinsip dalam spektrometri NMR yaitu bila sampel
yang mengandung 1H atau 13C (bahkan semua senyawa
organik) ditempatkan dalam medan magnet, akan timbul interaksi antara medan
magnet luar tadi dengan magnet kecil (inti). Karena adanya interaksi ini,
magnet kecil akan terbagi atas dua tingkat energi (tingkat yang sedikit agak
lebih stabil (+) dan keadaan yang kurang stabil (-)) yang energinya berbeda.
Karena inti merupakan materi mikroskopik, maka energi yang berkaitan dengan
inti ini terkuantisasi, artinya tidak kontinyu. Perbedaan energi antara dua
keadaan diberikan oleh persamaan.
E =
γhH/2π
H yaitu kuat medan magnet luar (yakni magnet
spektrometer), h yaitu tetapan Planck, γ yaitu tetapan khas bagi jenis inti
tertentu, disebut dengan rasio giromagnetik dan untuk proton nilainya 2,6752 x
108 kg-1 s A (A= amper).
Bila sampel disinari dengan gelombang
elektromagnetik (ν) yang berkaitan dengan perbedaan energi (E),
E = hν
Inti dalam keadaan (+) mengabsorbsi energi ini dan
tereksitasi ke tingkat energi (-). Proses mengeksitasi inti dalam medan
magnetik akan mengabsorbsi energi (resonansi) disebut nuclear magnetic
resonance (NMR).
Frekuensi gelombang elektromagnetik yang diabsorbsi
diungkapkan sebagai fungsi H.
ν = γH/2π
Bila kekuatan medan magnet luar, yakni magnet
spektrometer, adalah 2,3490 T(tesla; 1 T = 23490
Gauss), ν yang diamati sekitar 1 x 108 Hz = 100 MHz. Nilai frekuensi
ini di daerah gelombang mikro.
Secara prinsip, frekuensi gelombang elektromagnetik
yang diserap ditentukan oleh kekuatan magnet dan jenis inti yang diamati.
Namun, perubahan kecil dalam frekuensi diinduksi oleh perbedaan lingkungan
kimia tempat inti tersebut berada. Perubahan ini disebut pergeseran kimia.
Dalam spektrometri 1H NMR, pergeseran kimia diungkapkan sebagai
nilai relatif terhadap frekuensi absorpsi (0 Hz) tetrametilsilan standar (TMS)
(CH3)4Si.
Frekuensi resonansi (frekuensi absorpsi) proton
(atau inti lain) sebanding dengan kekuatan magnet spektrometer. Perbandingan
data spektrum akan sukar bila spektrum yang didapat dengan magnet berbeda
kekuatannya. Untuk mencegah kesukaran ini, skala δ, yang tidak bergantung pada
kekuatan medan magnet, dikenalkan. Nilai δ didefinisikan sebagai berikut.
δ = (ν/ν) x 106
(ppm)
ν
merupakan perbedaan frekuensi resonansi (dalam Hz) inti yang diselidiki dari
frekuensi standar TMS (dalam banyak kasus) dan ν frek uensi (dalam Hz) proton
ditentukan oleh spektrometer yang sama. Karena nilai ν/ν
sedemikian kecil, nilainya dikalikan dengan 106. Jadi nilai δ
diungkapkan dalam satuan ppm.
Peralatan.
Pada
pokoknya spektrometer NMR terdiri atas 6 unit dasar, lihat Gambar-7
1. Magnet :
magnet biasa atau elektromagnet yang mampu menghasilkan medan magnet kuat,
setabil dan homogen untuk memisahkan tingkat energi inti.
2.
Kumparan
transmiter : untuk menghasilkan energi radiasi RF. Kumparan ini letaknya tegak
lurus pada kumpulan penyapu (sweep coils).
3. “Sweep
generator” : untuk menyapu medan magnet melalui daerah resonansi untuk
menghasilkan spektrum.
4.
Kumparan
penerima : mengelilingi tempat sampel untuk merangkaikan sampel dengan penerima
RF.
5.
Detektor :
untuk memproses signal-signal NMR.
6.
Rekorder :
untuk menggambar spektrum, baik mode absorbsi maupun integrasi.
Tempat sampel, lihat gambar : berikut,
terletak pada madan magnet
elektromagnet dengan medan RF yang tegak lurus terhadap medan magnet. Medan
magnet dari kumparan sweep generator disapukan secara perlahan (menarik) ke
daerah resonansi. Pada resonansi terjadi suatu perubahan pada dipol magnetik
inti suatu voltase akan terinduksi ke kumparan penerima, yang lalu diperkuat,
dideteksi dan dicatat. Spektrum yang dihasilkan merupakan gambaran antara
energi transisi resonansi terhadap intensitas.
Sampel di letakkan pada suatu
tabung gelas yang berdinding tipis dengan diameter luar 5 mm. Turbin tiupan
udara akan memutar sampel dengan kecepatan beberapa ratus putaran tiap menit
(rpm) untuk menjaga kehomogenan medan magnet yang mengenainya. Pada spektrum
terdapat juga puncak-puncak tambahan yang dihasilkan oleh perputaran sampel,
sebab pada frekuensi (kecepatan) putaran ini puncak-puncak resonansi mengalami
sedikit perubahan.
Interpretasi Spektrum.
Langkah-langkah
yang perlu diperhatikan adalah :
1.
Jumlah
sinyal, menerangkan jumlah proton yang berbeda dalam molekul. Inti yang
ekuivalen tidak tidak saling berinteraksi hanya akan menghasilkan satu sinyal.
2. Kedudukan sinyal, menerangkan lingkungan
elektronik setiap macam proton. Semakin kurang inti suatu inti proton
tertamengi oleh awan elektron akibat induksi gugus elektronegatif, semakin
kearah medan rendah (down field) puncaknya.
3. Intensitas sinyal, menerangkan berapa
banyak proton yang ada pada setiap puncak spektrum. Perbandingan jumlah
protonnya sesuai dengan perbandingan tinggi garis integrasinya.
4. Pemecahan (splitting) sebuah sinyal
menjadi beberapa puncak menerangkan jumlah proton tetangganya. Pemecahan oleh n
proton yang ekuivalen dari atom yang berdekatan akan menghasilkan ( n + 1 )
puncak. Jika suatu proton (B) dipengaruhi oleh dua kelompok proton tetangga (A
dan C) yang tidak ekuivalen maka banyaknya garis B menjadi ( nA + 1 ) ( nC + 1
), jika nA = proton pada A dan nC = proton pada C.
5. Konstanta Kopling, makin kecil jika jarak
kedua gugus yang berinteraksi makin jauh. Pada jarak 3 ikatan sudah tidak
terjadi interaksi lagi. Konstanta Kopling tidak dipengaruhi oleh kuat medan
yang dipakai, akan tetapi pergeseran kimia dipengaruhi oleh kuat medan
tersebut.
Beberapa Penggunaan Spektrometer NMR.
Spektrometri NMR ini
memberikan banyak informasi mengenai kedudukan gugus fungsi. Ada empat
parameter yang dapat membantu menginterpretasi spektra NMR.
(1) pergeseran kimia,
(2) penjodohan spin,
(3) tetapan penjodohan dan
pola penjodohan, dan
(4) integrasi.
Untuk memastikan kebenaran
struktur yang dianalisis, metode ini sering dibantu dengan spektroskopi 2-D
yaitu
(1) HMQC (Heteronuclear
Multiple Quantum Coherence),
(2) HMBC (Heteronuclear
Multi Bond Coherence),
(3) COSY (Correlation
Spectroscopy) dan
(4) NOESY (Nuclear
Overhauser Effect Spectroscopy).
Beberapa pemakaian umum dari studi
penggunaan NMR meliputi :
1. Analisa Kuantatif, sebagai contoh
penentuan campuran benzaldehida, etanol dan toluen.
2.
Isomerisasi
sis – trans.
3. Efek ikatan hidrogen pada pergeseran
kimia.
4. Efek substitusi halogen pada hidrokarbon.
5. Penentuan struktur molekul.
6. Pengukuran kekristalan dalam polimer.
7. Kesetimbangan larutan dan perubahan
kinetik.
8. Kesetimbangan protonisasi dan
pengompleksan logam.
9. Derajat dentrasi.
10. Efek dari asimetri molekular.
11. Tantomerisasi keto-enol.
12. Studi struktur alkaloid, steroida, asam
lemak dsb.
13. Studi kinatik untuk rotasi terbatas
(restricted rotation) dan isomerisasi.