Protein merupakan biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (peptida). Protein
merupakan senyawa yang sangat penting di dalam organisme. Protein
merupakan suatu koloid elektrolit yang bersifat amfoter. Dengan sifat
ini protein dapat bersifat asam atau basa. Struktur protein tersusun
oleh gabungan asam amino pada gugus karbonil dan asam amino dengan
ikatan peptida. Biuret adalah senyawa dengan
dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea. Uji
biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada sampel
protein.
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan protein diantaranya :
- Perkembang jaringan
Periode dimana perkembangan terjadi dengan cepat seperti pada masa janin dan kehamilan membutuhkan lebih banyak protein.
- Kualitas protein
Kebutuhan protein dipengaruhi oleh kualitas protein makanan pola asam
aminonya. Tidak ada rekomendasi khusus untuk orang-orang yang
mengonsumsi protein hewani bersama protein nabati. Bagi mereka yang
tidak mengosumsi protein hewani dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi
pangan nabatinya untuk kebutuhan asam amino.
- Digestibilitas protein
Ketersediaan asam amino dipengaruhi oleh persiapan makanan. Panas
menyebabkan ikatan kimia antara gula dan asam amino yang membentuk
ikatan yang tidak dapat dicerna. Digestibitas dan absorpsi dipengaruhi
oleh jarak antara waktu makan, dengan interval yang lebih panjang akan
menurunkan persaingan dari enzim yang tersedia dan tempat absorpsi.
- Kandungan energi dari makanan
Jumlah yang mencukupi dari karbohidart harus tersedia untuk mencukupi
kebutuhan energi sehingga protein dapat digunakan hanya untuk
pembagunan jaringan. Karbohidarat juga mendukung sintesis protein dengan
merangsang pelepasan insulin.
- Status kesehatan
Dapat meningkatkan kebutuhan energi karena meningkatnya katabolisme. Setelah trauma atau operasi as.amino dibutuhkan untuk pembentukan jaringan, penyembuhan luka dan produksi faktor imunitas untuk melawan infeksi.
Untuk mengetahui dan membuktikan adanya ikatan peptida pada sempel yang diujikan maka kami melakukan uji biuret.
Reaksi Biuret
Uji biuret ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan adanya
senyawa – senyawa yang mengandung gugus amida asam. Reaksi biuret
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui ikatan peptida. Reaksi ini
positif (berwarna ungu) untuk zat yang mengandung 2 atau lebih ikatan
peptida.
Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida
(-CO-NH-) dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna
ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N
dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada
ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Senyawa dengan dipeptida
memberikan warna biru, tripeptida ungu dan tetrapeptida serta peptida
kompleks memberikan warna merah. Biuret dihasilkan dengan memanaskan
urea kira-kira pada suhu 180 oC dalam larutan basa. Biuret memberikan warna violet dengan CuSO4. Reaksi ini disebut dengan reaksi biuret, kemungkinan terbentuknya Cu2+
dengan gugus CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana basa.
Dipeptida dan asam-asam amino (kecuali histidina, serina dan treonina)
tidak memberikan uji ini. Beberapa protein yang mempunyai gugus –CS-NH-,
-CH-NH- dalam molekulnya juga memberikan tes warna positif dengan
biuret.
Uji kualitatif protein yang dilakukan pada tiga sampel yakni, albumen
telur ayam ras, albumen telur bebek, dan gelatin. Didasarkan pada
metode pengujian biuret, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
keberadaan protein dalam suatu bahan. Pada prosesnya protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini dilakukan untuk menunjukan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus amida asam. Dengan demikian uji biuret tidak hanya untuk protein tetapi zat lain
seperti biuret atau melonamida juga memberikan reaksi positif yaitu
ditandai dengan timbulnya warna merah-violet atau biru-violet. Dalam pengujian kali ini terbatas pada mengujian keberadaan protein pada bahan yang ditandai dengan perubahan warna.
Hasil pengujian sebagai berikut, untuk gelatin yang menyatakan hasil
positif yaitu 10 kelompok akan keberadaan protein. Untuk albumen telur
ayam ras yang menyatakan hasil positif yaitu 13 kelompok akan keberadaan
protein dan untuk albumen telur bebek memberikan hasil 14 kelompok yang
menyatakan positif pada sempel
Larutan CuSo4 yang bersifat basa bereaksi dengan
polipeptida, sedangkan polipeptida merupakan penyusun protein. Yang
menandakan adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida yang lebih
banyak, hal itu terbukti saat penambahan larutan CuSo4 dan
dikocok larutan tetap berwarna ungu yang menandakan bahwa ikatan
peptidanya kuat, karena apabila ikatan peptidanya lemah saat larutan
protein ditambahkan larutan CuSo4, warna ungunya akan memudar saat dikocok.
Pada beberapa pengujian didapati hasil negatif pada gelatin dan telur
ayam ras, hal ini dapat dijelaskan karena terjadinya kesalahan pada
proses pengujian, yakni pada waktu penambahan NaOH dan CuSO4 yang
terlalu lama, sehingga protein pada sampel telah terdenaturasi terlebih
dahulu sebelum diketahui perubahan warna. Denaturasi ini dapat
diketahui karena pada waktu setelah penambahan NaOH yang telalu lama
dibiarkan dan akhirnya sampel mengalami penggumpalan.
Penggumpalan ini adalah salah satu pertanda bahwa protein telah
terdenaturasi dan karena telah memadat maka pada saat ditambahkan CuCO4, tidak terjadi perubahan warna karena tidak terjadi reaksi antara CuSO4 cair dan sampel yang memadat.
Uji Biuret reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Uji
ini didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus -CO
dan -NH dari rantai peptida dalam suasana basa.Hasil positifnya akan
membentuk warna ungu. Uji Biuret
adalah uji umum untuk protein(ikatan peptida), tetapi tidak dapat
menunjukkan asam amino bebas. Zat yang akan diselidiki mula-mula
ditetesi larutan NaOH, kemudian ditetesi larutan tembaga(II)sulfat yang
encer. Jika terbentuk warna ungu berarti zat itu mengandung protein.