Belajar Kimia - Manfaat dari olahan
chitosan banyak sekali misal hasil olahan chitosan untuk membuat bahan
pengganti minyak bumi untuk membuat plastik, hal ini lebih ramah lingkungan
karena plastik yang terbuat dari chitosan dapat terurai kembali dalam waktu
yang relatif singkat jika dibandingkan dengan plastik dari minyak bumi sehingga
tidak akan membuat pencemaran terhadap lingkungan.Manfaat Yang lain dari olahan
chitosan untuk bahan pangan yang sehat adalah sebagai pengganti formalin yang
sangat berbahaya jika digunakan sebagai pengawet makanan, dari sebuah
penelitian yang dilakukan oleh IPB dengan menggunakan ikan asin sebagai objek
pengawetan didapat bahwa Pada penelitian tahun 1 (pertama) diperoleh hasil
sebagai berikut : hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi limbah kulit
udang dihasilkan chitosan dengan rendemen sebesar 15% bahan edible coating.
Karkateristik chitosan sesuai dengan standar Protan Laboratories. Formulasi
terbaik untuk pembuatan edible coating dengan chitosan 1,5%. Dari hasil
organoleptik mutu hedomik, perlakuan chitosan nilai 6,6 perlakuan formalin 5,8
dan kontrol 4,9. Analisis uji organoleptik dilakukan dengan uji statistik
Kruskal-Wallis dan uji lanjut multiple comparison diperoleh hasil perlakuan
chitosan lebih baik dibanding dengan kontrol dan tidak berbeda nyata dengan
perlakuan formalin, tetapi dari penampakan perlakuan chitosan lebih baik
dibanding perlakuan formalin. Pada uji mutu hedonik penampakan diperoleh bahwa
perlakuan dengan pelapisan chitosan sampai minggu ke-8 memberikan hasil yang
lebih baik dibanding dengan perlakuan formalin dan kontrol.
Standar nilai
organoleptik SNI-Ikan asin 6,5. Nilai 6,8 pada perlakuan kontrol pada minggu
ke-2. Nilai 6,7 pada perlakuan formalin pada minggu ke-4 dan nilai 6,8 pada
perlakuan chitosan pada minggu ke-4. Pada uji mutu hedonik rasa perlakuan
pelapisan chitosan tidak berbeda nyata dengan perlakuan formalin dan kontrol
sampai pada penyimpanan minggu ke-8. Pada minggu ke-4 semua perlakuan nilai
6,4. Pada uji mutu hedonik bau perlakuan pelapisan chitosan memberikan hasil
yang terbaik pada minggu ke-8 dibanding dengan perlakuan formalin dan kontrol,
tetapi tidak berbeda nyata pada minggu ke 2, 4 dan 6.
Nilai 6,4 dan 6,1
perlakuan chitosan dan formalin pada minggu ke-4. Sedangkan 6,7 pada minggu
ke-2 pada perlakuan kontrol. Pada uji mutu hedonik konsistensi perlakuan
pelapisan chitosan memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan kontrol
tetapi tidak berbeda nyata dengan formalin pada minggu ke-4 dan minggu ke-8.
Pada minggu ke-8 perlakuan chitosan dan formalin nilai 6,4 dan 6,7. Sedangkan
kontrol pada minggu ke-2 nilai 6,9. Pada uji Total Plat Count (TPC) bakteri,
perlakuan pelapisan chitosan memberikan hasil yang lebih baik dalam menekan
pertumbuhan bakteri selama penyimpanan (sampai minggu ke-8) dibanding formalin
dan kontrol. Nilai masih sesuai standar SNI 1 x 105.
Pada uji E.coli semua
perlakuan memberikan hasil yang negatif. Pada uji kapang, perlakuan dengan
pelapisan chitosan dan formalin mulai tampak ada jamur pada minggu ke-9,
sedangkan pada kontrol pada minggu ke-4. Pada uji TVB, perlakuan pelapisan
chitosan nilainya lebih rendah dibanding kontrol selama penyimpanan, tetapi
lebih tinggi dibanding dengan perlakuan formalin. Sedangkan pada uji TBA,
perlakuan chitosan mampu menekan oksidasi lemak dibanding kontrol tetapi nilai
TBAnya masih diatas perlakuan formalin. Secara umum nilai TBA masih baik kurang
dari 3 mg, malonaldehid/kg sample.
Pada uji nilai aktvitias ari (aw), perlakuan
chitosan mampu menurunkan nilai aw dan berbeda nyata dibandingkan dengan
perlakuan formalin dan kontrol. Pada uji lanjut BNJ proksimat. Kadar air
perlakuan formalin lebih tinggi dibanding dengan perlakuan pelapisanchitosan
dan kontrol, tetapi pelapisan chitosan kadar airnya lebih tinggi dibanding
dengan kontrol, tetapi 3 perlakuan nilainya masih diatas standar (kadar air
40%). Pada uji protein, perlakuan chitosan berbeda nyata dibanding dengan
kontrol. Kandungan protein lebih tinggi dibanding dengan kontrol. Kandungan
protein berkisar 34,61-37,64%.
Pada uji kadar lemak, perlakuan formalin
kandungan lemaknya tidak berbeda nyata dibanding perlakuan chitosan dan
kontrol. Pada uji kadar abu perlakuan kitosan lebih tinggi dibanding dengan
perlakuan formalin dan kontrol. Nilai berkisar 16,7-18,9. Daya awet ikan asin
cucut dengan pemberian perlakuan chitosan selama 3 bulan dan formalin 3 bulan 2
minggu dan kontrol selama 2 bulan. Pada penelitian tahun ke 2 (dua) diperoleh
hasil sebagai berikut : rendemen chitosan10% dari bahan baku rajungan.
Proses
ekstrasi diperoleh hasil yang optimal dengan HCI 2N. Rajungan yang diperoleh
memperoleh spesifikasi sebagai berikut : kadar air 7,54%, kadar abu 0,75%
derajat deasitilasi 75,42% dan kandungan Pb, Cu dan Zn tidak terdeteksi. Pada
uji E.coli menunjukkan hasil negatif. Pada pembuatan edible coating (pengawet
alami) formulasi terbaik dengan konsentrasi chitosan rajungan 1,5%. Pada uji
nilai mutu hedonik kapang perlakuan kitosan 1,5% dan formalin 2% baru tampak
adanya jamur pada minggu ke-10 dengan nilai hedonik 5,53 dan 6,87. Sedangkan
pada kontrol pada minggu ke-4 sudah tampak adanya jamur, dengan nilai hedonik
6,33. Berdasarkan uji statistik pada uji aw tidak ada perbedaan yang nyata pada
semua perlakuan. Selama penyimpanan cenderung mengalami kenaikan. Uji TPC pada
perlakuan kontrol nilai TPC tidak sesuai SNI-Ikan asin pada minggu ke-10 yaitu
6,4 x 105.
Sedangkan pada perlakuan chitosan dan formalin nilai TPC masih
sesuai dengan SNI sampai pada minggu ke-12 yaitu dengan nilai 6,6 x 104 dan 7,4
x 104. Pada uji mutu hedonik organoleptik yang meliputi penampakkan, bau, rasa
dan konsistensi diperoleh hasil sesuai dengan SNI-Ikan Asin 01-2721-1992 sampai
pada penyimpanan minggu ke-12. Pada uji hedonik penampakkan berdasarkan uji
multiple comparison perlakuan kitosan rajungan memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada uji mutu hedonik bau berdasarkan
uji analisis ragam tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan pada uji mutu hedonik rasa berdasarkan uji
statistik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
Pada uji proksimat
untuk kadar air berdasarkan uji statistik berbeda nyata dengan 2 perlakuan
lainnya dan kadar airnya selama penyimpanan lebih besar dibandingkan dengan
yang lainnya dengan nilai pada penyimpanan ke-12 yaitu 39,21%. Pada uji kadar
abu berdasarkan uji statistik tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata
diantara perlakuan yang ada dengan nilai pada semua perlakuan berkisar antara
14,73-15,1%. Pada uji kadar protein berdasarkan uji statistik memberikan
pengaruh yang berbeda nyata diantara perlakuan yang ada dengan kandungan
protein yang paling besar pada perlakuan chitosan dengan kisaran antara 23,21 -
37,15%. Pada uji kadar lemak berdasarkan uji statistik memberikan pengaruh yang
berbeda nyata diantara perlakuan yang ada dengan kandungan yang paling rendah
pada perlakuan kitosan dengan kisaran antara 0,43-0,99% selama penyimpanan
(Suseno. 2006).
Manfaat Chitosan yang lain :
1. Zat kerak (Crust) mengaktifkan sel-sel tubuh agar berfungsi menambah daya kekebalan,
2. Memperlambat penuaan,
3. Mengharmoniskan organ tubuh,
4. Memelihara hati dan mengurai racun.
Kandungan chitosan terhadap tubuh
1. Memperkuat kekebalan sel tubuh / menambah daya kekebalan.
2. Mengaktifkan daya hidup sel limpa.
3. Menaikkan nilai PH cairan tubuh, sehingga menciptakan lingkungan basa.
4. Mengharmoniskan organ-organ tubuh.
5. Mengurangi / memusnahkan racun.
6. Mencegah cedera akibat radiasi (penyaring sinar ultraviolet).
Terhadap kanker atau tumor
1. Memperkuat daya sel tubuh terhadap sel kanker.
2. Meningkatkan fungsi pembunuh sel kanker.
3. Berdaya menekan penyebaran sel kankerl tumor.
Terhadap Darah
1. Menurunkan Hipertensi dan menekan penyerapan kolesterol tinggi.
2. Menstabilkan tekanan darah.
Terhaadap Hati
1. Memperkuat fungsi & memelihara hati.
2. Mencegah penumpukan.
Terhadap Diabetes
Memiliki daya rekat tinggi yang dapat mengurangi penyerapan usus terhadap glukosa dalam makanan dan mengurangi terjadinya nilai puncak darah, yang akhirnya dapat mencegah terjadinya kencing manis.
1. Zat kerak (Crust) mengaktifkan sel-sel tubuh agar berfungsi menambah daya kekebalan,
2. Memperlambat penuaan,
3. Mengharmoniskan organ tubuh,
4. Memelihara hati dan mengurai racun.
Kandungan chitosan terhadap tubuh
1. Memperkuat kekebalan sel tubuh / menambah daya kekebalan.
2. Mengaktifkan daya hidup sel limpa.
3. Menaikkan nilai PH cairan tubuh, sehingga menciptakan lingkungan basa.
4. Mengharmoniskan organ-organ tubuh.
5. Mengurangi / memusnahkan racun.
6. Mencegah cedera akibat radiasi (penyaring sinar ultraviolet).
Terhadap kanker atau tumor
1. Memperkuat daya sel tubuh terhadap sel kanker.
2. Meningkatkan fungsi pembunuh sel kanker.
3. Berdaya menekan penyebaran sel kankerl tumor.
Terhadap Darah
1. Menurunkan Hipertensi dan menekan penyerapan kolesterol tinggi.
2. Menstabilkan tekanan darah.
Terhaadap Hati
1. Memperkuat fungsi & memelihara hati.
2. Mencegah penumpukan.
Terhadap Diabetes
Memiliki daya rekat tinggi yang dapat mengurangi penyerapan usus terhadap glukosa dalam makanan dan mengurangi terjadinya nilai puncak darah, yang akhirnya dapat mencegah terjadinya kencing manis.
Kesimpulan
Manfaat hasil olahan chitosan sebenarnya masih banyak sekali dalam bidang yang lain. sehingga perlu adanya pengembangan lebih lanjut terhadap produk ini, sehingga akan tercipta produk bermanfaat untuk kesehatan dan dalam hal lainnya. Sebagai negara yang memiliki sumber bahan baku yang besar dalam memproduksi chitosan maka Indonesia harus terus mengembangkan produk ini, agar apa yang menjadi tujuan bersama yakni terwujudnya kemandirian pangan dan menjadi negeri yang sehat aakan tewujud tanpa mengandalkan produk-produk luar negeri.
Manfaat hasil olahan chitosan sebenarnya masih banyak sekali dalam bidang yang lain. sehingga perlu adanya pengembangan lebih lanjut terhadap produk ini, sehingga akan tercipta produk bermanfaat untuk kesehatan dan dalam hal lainnya. Sebagai negara yang memiliki sumber bahan baku yang besar dalam memproduksi chitosan maka Indonesia harus terus mengembangkan produk ini, agar apa yang menjadi tujuan bersama yakni terwujudnya kemandirian pangan dan menjadi negeri yang sehat aakan tewujud tanpa mengandalkan produk-produk luar negeri.